Suara: “Aku YPKLD. Aku bisa”, bergema di RR Laverna Padang Bulan, Pringsewu Lampung. Mulai dari Hari Kamis (23/5/2024) hingga Minggu (26/5/2024), dilaksanakan retret bagi para pendidik (guru) yang berkarya di Yayasan Pendidikan Katolik Leo Dehon (YPKLD). Retret ini merupakan bagian dari program penyegaran yang diselenggarakan oleh Yayasan untuk para pendidik. Retret di RR Laverna ini diikuti oleh para pendidik dari Kantor Operasional Wilayah Jakarta, yang meliputi unit sekolah SD, SMP dan SMA Antonius Jakarta dan para pendidik dari Kantor Operasional Wilayah Lampung, yang meliputi unit sekolah SMP dan SMA Yos Sudarso Metro. Peserta retret yang berasal dari 2 wilayah dengan 5 unit sekolah ini berjumlah 92 orang, yang terdiri dari 36 laki-laki dan 56 perempuan.
Pada hari pertama (23/5), retret dibuka dengan perayaan Ekaristi pukul 16.30 WIB di kapel RR Laverna. Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Rm. Y. Eko Yuniarto, SCJ sebagai selebran utama dengan Rm. St. Sigit Pranoto, SCJ dan Rm. A. Edi Prasetyo, SCJ sebagai konselebran. Pada kesempatan ini, Rm. Eko, SCJ mengajak peserta retret, yakni para pendidik untuk mengambil waktu dan kesempatan khusus dari kesibukan harian di sekolah demi menyegarkan kembali semangat dan komitmen sebagai pendidik. Dalam Ekaristi ini pula, ada seremonial penyerahan peserta retret oleh Rm. Sigit, SCJ kepada Rm. Eko, SCJ dan tim yang ditandai dengan pengalungan name tag kepada perwakilan peserta.
Br. Petrus Triantara, SCJ sebagai Ketua Yayasan Pendidikan Katolik Leo Dehon dalam sambutannya menyatakan bahwa kegiatan retret ini merupakan sarana untuk saling mengenal, mendukung dan membangun kerjasama di YPKLD. Kemudian, kegiatan di malam hari diadakan di aula RR Laverna. Rm Eko, SCJ bersama dengan tim mengajak para peserta untuk berdinamika bersama dengan gerak dan lagu serta berbagai games untuk membangun suasana yang hangat, kompak dan menggembirakan. Kegiatan di hari pertama ditutup dengan doa syukur pada pukul 22:00 WIB. Kemudian peserta diperkenankan untuk istirahat.
Hari kedua (24/5) merupakan hari yang penuh dengan dinamika dengan berbagi, belajar bersama dan saling menguatkan. Pagi hari pukul 05:00 WIB peserta telah dibangunkan dengan suara lagu rohani. Kemudian pada pukul 05:30 WIB peserta diajak untuk melakukan senam dan jalan sehat selama kurang lebih 1 jam dengan berkeliling kompleks RR Laverna yang cukup luas. Setelah menyelesaikan keperluan pribadi dan sarapan, para peserta kembali ke aula untuk mendalami pemaparan tentang spiritualitas yang perlu dibangun oleh pendidik di YPKLD oleh Rm. Jenli, SCJ. Setelah makan siang dengan model tumpengan, para peserta diajak untuk berdinamika outdoor dengan beragam permainan, seperti pipa air, labirin, gerobak uang, bola berjalan yang menuntut nilai-nilai universal yang perlu dibangun dalam kelompok.
Pada sore hari (24/5) peserta diajak untuk mendalami model pendidikan yang diajarkan dan diharapkan oleh Pater Dehon, pendiri Kongregasi SCJ yang menjadi pemilik dan pengelola YPKLD. Rm. Jenli dalam presentasinya menegaskan bahwa pendidikan Dehonian adalah pendidikan yang holistik, yang tidak hanya berfokus pada kemampuan intelektual, melainkan pada pengembangan manusia seutuhnya, sebab mendidik itu harus dijiwai oleh hati Kristus. Dengan demikian, peserta didik yang dihasilkan dari pendidikan Dehonian dapat menjadi tokoh masyarakat dan tokoh Gereja yang membawa pengaruh serta perubahan ke arah yang lebih baik.
Malam hari di hari kedua (24/5) merupakan waktu untuk berekspresi. Para peserta yang telah dibagi dalam kelompok menampilkan lagu, gerak, pantun, drama dan lain sebagainya, sebagaimana telah ditentukan oleh tim dan kelompok-kelompok tersebut. Dalam ekspresi tersebut, seluruh diri, badan, jiwa dan roh para pendidik dicurahkan untuk memberikan tampilan yang terbaik. Para pendidik dengan bebas berekspresi di panggung. Selain itu, canda-tawa juga turut serta memeriahkan kegiatan ekspresi ini.
Hari ketiga (25/5) merupakan hari studi bersama untuk “Membangun dan Menghidupi Syukur” sebagai pendidik di YPKLD oleh Bpk. Markus Budi Raharjo, Ed.M, Ed.D, Dosen Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam pemaparannya, Pak Markus mengajak para peserta untuk memiliki sikap dasar mindfulness (kesadaran penuh) sebagai pendidik agar dapat memiliki cara pandang yang sesuai dengan zaman, terutama zaman yang dihadapi adalah peserta didik dari Gen-Z dan selanjutnya yang terjebak dalam fenomena FOMO (Fear of Missing Out). Dalam pemaparannya, Pak Markus membagi ke dalam 4 bagian, yakni: kenali diri sendiri; pahami siswa-siswi; membentuk komunitas kolaboratif; dan komitmen perubahan.
Pada bagian pertama, Pak Markus mengajak peserta untuk mengenali diri sendiri tentang model pendidikan apa yang diberikan, Appreciative Inquiry atau Critical Inquiry? Dalam hal ini, ia menekankan bahwa self-agency sebagai pendidik menjadi hal yang mendasar untuk mengusung perubahan yang bermakna. Setelah itu, bagian kedua, ia mengajak para pendidik untuk memahami siswa-siswi yang dididik, dengan pertanyaan apakah para pendidik telah menganut cara-cara mengajar yang baik dan sudah menghidupi pembelajaran yang tanggap zaman? Dalam hal ini diharapkan pendidik itu mampu menyesuaikan diri dengan peserta didik dan perkembangan zaman. Sedangkan pada bagian ketiga, Pak Markus mengajak para pendidik untuk membentuk komunitas pendidikan di sekolah itu yang kolaboratif dan saling mengembangkan, bukan komunitas lingkup kerja yang toksik. Pada akhir bagian ketiga ini, Pak Markus mengajak peserta didik untuk melihat kompetensi kepemimpinan dalam diri masing-masing yang mampu mengelola diri, mengelola orang lain dan mengelola pekerjaan dengan baik. Pada bagian keempat, Pak Markus mengajak para pendidik dalam kelompok untuk menentukan 3 hal yang perlu dan mendesak untuk dilakukan, sebagai komitmen untuk pengembangan pribadi dan tempat karya, yakni YPKLD.
Dalam kesempatan yang baik ini pula, Pak Markus mengundang Br. Petrus Triantara, SCJ untuk membagikan tentang sejarah perjalanan YPKLD hingga sekarang. Br. Petrus Triantara, SCJ mengisahkan awal mula penyerahan kepemilikan dan pengelolaan kepada Kongregasi SCJ dengan keadaan yang dapat dikatakan defisit, sebab uang yang dimiliki Yayasan Yos Sudarso itu minus Rp. 800.000,00. Akan tetapi kita patut bersyukur bahwa dengan keadaan yang serba kekurangan, saat ini YPKLD telah mampu membangun gedung yang sangat bagus untuk SMP-SMA Yos Sudarso Metro dan SD Antonius I Jakarta. Hal ini juga diperkuat oleh kesaksian para guru, yang sejak awal mula hingga sekarang menjadi bagian dari YPKLD. Oleh karena itu, Bruder menegaskan bahwa kita patut bersyukur, sebab itu semua bukan karya manusia belaka, melainkan oleh karena rahmat dan karya Allah yang besar.
Rangkaian kegiatan retret para pendidik YPKLD diakhiri dengan berdoa bersama, membagikan lilin kasih dan harapan kepada orang-orang yang telah berjasa juga kepada orang-orang yang selama ini belum mampu dekat. Dengan demikian, kesatuan sebagai satu keluarga YPKLD dapat dibangun dengan baik. Akhirnya, doa dan harapan ini dirangkum dengan bersama-sama menyalakan api unggun dan lampion harapan. Lampion itulah yang menjadi tanda harapan bagi para pendidik YPKLD. Lampion yang terbang dan melambung tinggi, setinggi harapan dan impian bagi warga komunitas YPKLD.
Pada hari minggu (26/5), rangkaian kegiatan retret telah usai. Untuk membangun dan menghidupi rasa syukur yang menumbuhkan kebanggaan dan kebahagiaan sebagai anggota komunitas YPKLD, maka diadakan acara kebersamaan setelah perayaan Ekaristi. Acara kebersamaan tersebut ialah rekreasi ke Pantai Pulau Condong, Panjang, Lampung. Pada kesempatan inilah, para pendidik dari lima unit sekolah yang berbeda, bersatu dalam kebersamaan dengan berdinamika dan bergembira bersama. Bahkan, tak luput di dalamnya ada sharing antar pribadi juga memperkuat ikatan sebagai satu keluarga di YPKLD. Dengan demikian, melalui berbagai rangkaian kegiatan ini, para pendidik dibantu untuk mengembangkan rasa bangga dan bahagia melayani di YPKLD.
Diakon Fransiskus Edi Setiawan SCJ