Tanggal 12 hingga 14 Agustus 2024, Rumah Retret Way Hurik di Lampung menjadi lokasi pelatihan berharga bagi Guru dan Tenaga Kependidikan yang baru bergabung di Yayasan Pendidikan Katolik Leo Dehon. Pelatihan ini bertujuan untuk memperdalam pemahaman tentang nilai-nilai Dehonian, dengan fokus pada cinta, belas kasih, kesiapsiagaan, dan pengorbanan.
Pelatihan dimulai pada 12 Agustus 2024 dengan perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Romo Gregorius Jenli Imawan, SCJ. Setelah perayaan Ekaristi, sesi pertama bertema "Cinta" dimulai. Dalam sesi ini, peserta diajak untuk mendalami konsep cinta sebagai kekuatan pendorong dalam tindakan etis dan tanggung jawab moral. Belajar dari ajaran Pater Leo Dehon, peserta diperkenalkan dengan gagasan bahwa setiap tindakan harus dilandasi oleh kasih dan pengorbanan diri, bagi hati Yesus.
Pemahaman ini dimulai dari hidup batin yang mengenal dan menanggapi kasih, yang pada gilirannya mempengaruhi tindakan sehari-hari. Sesi ini menekankan pentingnya cinta dalam interaksi pribadi dan profesional, serta tanggung jawab sebagai tenaga pendidik untuk memancarkan kasih dalam lingkungan sekitar.
Setelah sesi, acara dilanjutkan dengan ibadat malam yang dipimpin oleh Diakon Fransiskus Edi Setiawan, SCJ, memberikan kesempatan bagi peserta untuk merenung dan menginternalisasi materi yang telah disampaikan.
Hari kedua dimulai dengan perayaan Ekaristi yang kembali dipimpin oleh Romo Gregorius Jenli Imawan, SCJ. Materi selanjutnya berfokus pada "Compassion" (Belas Kasih) dalam dua sesi. Compassion diartikan sebagai rasa peduli yang mendalam terhadap orang lain yang sedang mengalami kesulitan.
Materi ini mengajarkan bahwa belas kasih melibatkan dorongan untuk membantu meringankan penderitaan, lebih dari sekadar perasaan simpati. Peserta diajak untuk melatih empati, memberikan bantuan, dan menerapkan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari untuk membangun komunitas yang lebih harmonis dan meningkatkan kesejahteraan mental.
Dalam sesi ini, peserta dibagi dalam kelompok untuk mendiskusikan kasus yang diberikan, yang mengungkapkan bahwa setiap individu sudah memiliki kemampuan compassion dalam diri mereka. Kegiatan ini diikuti dengan outbond yang terdiri dari empat pos—estafet air, estafet tepung, estafet karet gelang, dan estafet sarung—yang dirancang untuk mengajarkan sikap sabar, saling membantu, dan rela berkorban sesuai pesan dari LOCORESA.
Sesi berikutnya membahas "Readiness" (Kesiapsiagaan) dalam dua bagian. Materi ini dihubungkan dengan konsep "Ecce venio" (lihatlah, aku datang), mengajarkan pentingnya kesiapsiagaan sebagai bentuk konkret dari sikap siap sedia. Peserta didorong untuk menerima dan menyadari diri mereka, termasuk kelemahan dan kelebihan, serta bagaimana sikap ini dapat diterapkan dalam dunia pendidikan sebagai bentuk pelayanan dan tanggung jawab.
Hari ketiga dimulai dengan ibadat pagi. Materi hari ini berfokus pada "Sacrifice" (Pengorbanan). Dalam sesi ini, peserta belajar dari ajaran Pater Leo Dehon tentang pentingnya mempersembahkan diri kepada Tuhan dan sesama. Materi ini menghubungkan konsep cinta, belas kasih, dan kesiapsiagaan dengan pengorbanan dalam tugas. Pengorbanan dimaknai sebagai dedikasi dan komitmen yang melampaui kepentingan pribadi, berkontribusi pada kebaikan bersama, dan memperkuat etos kerja yang positif. Peserta didorong untuk berkorban demi kepentingan sesama, mengutamakan kejujuran meskipun berisiko, dan menghadapi tantangan dengan sikap yang penuh tanggung jawab.
Acara diakhiri dengan Misa Penutup, di mana peserta merayakan pencapaian dan refleksi atas pelatihan yang telah berlangsung. Setelah Misa, peserta kembali ke tempat masing-masing dengan semangat baru dan pemahaman mendalam tentang nilai-nilai Dehonian yang akan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan dunia pendidikan.