Mempertegas Identitas Dehonian
Seminar Dehonian Wilayah Lampung
Para pegawai YPK Leo Dehon, baik para pendidik maupun tenaga kependidikan, yang berada di wilayah Lampung mengikuti seminar Dehonian pada Sabtu (14/9/2024) di ruang pertemuan lantai 3 SMP-SMA Yos Sudarso Metro. Mereka adalah para pegawai YPK Leo Dehon yang berkarya di Kantor Operasional Wilayah Lampung, SMP dan SMA Yos Sudarso Metro.


Seminar ini merupakan agenda rutin 4 bulan sekali yang diselenggarakan untuk semakin menanamkan nilai-nilai Dehonian. Pemateri pada seminar kali ini adalah Rm Gregorius Jenli Imawan SCJ, M.Hum., Lic.Theo. yang merupakan Ketua Komisi Spiritualitas SCJ Indonesia.

Dalam materi yang diberikan dalam 2 sesi, Rm Jenli mengajak para pegawai untuk semakin memiliki rasa bangga sebagai seorang Dehonian.

“Untuk dapat menghidupi nilai-nilai Dehonian, pertama-tama kita harus bangga terlebih dahulu akan identitas kita sebagai seorang Dehonian,” ungkap Rm Jenli dalam pengantarnya.

Menyadari kembali identitas diri

Hal pertama yang disampaikan oleh Rm Jenli dalam materinya adalah kesadaran akan jati diri dan identitas diri masing-masing. 

“Pengalaman di lingkungan akan membentuk identitas dan peran kita. Maka kita juga perlu menyadari diri bahwa kita adalah bagian dari lingkungan sosial di mana kita berada,” ungkap imam Dehonian yang saat ini menjadi pendamping di Postulat-Novisiat SCJ Gisting ini.

Menurutnya, perlu dibangun kesadaran dan kebanggaan diri sebagai bagian dari cara menghadirkan eksistensi. Hal ini dimulai dengan kesadaran siapakah diri kita masing-masing yang menjadi bagian dari lingkungan sosial di mana setiap pribadi berada. Di situlah identitas setiap pribadi akan terbentuk. Selanjutnya perlu dibangun kebanggaan atas nilai-nilai luhur yang ada di tengah masyrakat, di mana identitas diri itu dibentuk. 

Rm Jenli mencontohkan bahwa sebagai warga Indonesia, kita pertama-tama harus bangga akan identitas dan jati diri sebagai orang Indonesia.

“Kesadaran sebagai bagian dari bangsa Indonesia akan melahirkan semangat nasionalisme untuk membangun persatuan-keharmonisan, dalam karya dan praktik hidup kita,” tegasnya.

Selain itu, untuk membangun kebanggaan atas identitas diri perlu ditemukan nilai-nilai apa yang mendasari rasa bangga itu.

“Mengapa kita bangga atas Indonesia? Kita memiliki budaya yang kaya dan beragam, alam yang indah, budaya gotongroyong dan semangat kekeluargaan, dan juga letak dan peran strategis Indonesia di dunia dapat menjadikan kita bangga sebagai bangsa Indonesia,” sebutnya. 

Kesadaran akan kekayaan dan nilai-nilai inilah yang akan menjadikan setiap pribadi semakin bangga akan identitas dirinya. Demikian juga sebagai para pendidik maupun tenaga kependidikan di YPK Leo Dehon, diharapkan untuk menemukan nilai-nilai khas sebagai Dehonian. Hal ini pada akhirnya akan semakin membentuk diri dan semangat kebanggaan dalam diri masing-masing pribadi.

Bangga sebagai Pendidik Dehonian

Pada sesi kedua Rm Jenli mengajak peserta untuk memiliki kebanggaan sebagai Dehonian para pendidik dan tenaga kependidikan Dehonian. 

Sebagai Dehonian, kita perlu mendasarkan diri pada semangat dan kharisma Pater Dehon. Inilah yang perlu disadari dan diperjuangkan dalam hidup dan karya pelayanan.

Rm Jenli menegaskan 3 poin penting untuk membangun dan meningkatkan kebanggaan sebagai seorang Dehonian.

Pertama, belajar dari Pater Dehon tentang kebanggaannya atas rahmat panggilan imamat, dengan menyadari panggilan kita masing-masing, khususnya sebagai para pendidik. Pater Dehon tidak sekedar bangga atas Rahmat imamat yang ia terima, tetapi ia juga sungguh menghidupinya dan melaksanakannya dalam kehidupan sosialnya.

Kedua, semakin menyadari bahwa panggilan sebagai pendidik dan tenaga kependidikan menjadi kesempatan kita untuk membentuk identitas diri dan sosial kita. Dalam interaksi dengan sesama guru, karyawan dan para murid, identitas kita semakin terbentuk dan terwujud.

Ketiga, menyadari budaya (Dehonian), yang memuat nilai-nilai warisan rohani Dehon sebagai keluhuran yang diperjuangkan. Kita perlu menyadari nilai-nilai Dehonian apa yang sedang dan akan terus dihidupi.

Sebagai simpulan, Rm Jenli menegaskan bahwa kebanggaan menjadi bagiandari Dehonian dimulai dengan menyadari pentingnya memiliki identitas diri.

Sadar akan identitas itu membawa pada identitas Dehonian yang dimiliki, dengan mulai dan menghidupi nilai-nilainya yang tidak “dimiliki” tenaga pendidik di sekolah lain.

Maka penemuan makna diri akan semakin terwujud dengan mempraktikkan identitas ke-Dehonian-an kita. ***(mogitscj)

 
Pemahaman dan Penerapan Nilai-Nilai Spiritualitas serta Kontribusi Pater Dehon dalam Pendidikan
Rekoleksi